Dokumenter ini mengajak kita untuk menjumpai masyarakat asli di Sumatera yang telah melepaskan tanah mereka dan kini hidup menderita.
Investigasi kami bersama BBC News dan Mongabay mendalami masalah ‘plasma’—sebuah skema yang diharapkan dapat mengentaskan kemiskinan melalui alokasi sebagian perkebunan sawit untuk masyarakat.
Kami memperkirakan bahwa masyarakat sedang merugi triliunan rupiah tiap tahun karena perusahaan sawit tidak memenuhi kewajiban hukum membangun plasma sebagai sarana berbagi hasil dari demam sawit dengan masyarakat. Kekecewaan masyarakat yang menuding perusahaan mengingkari janji untuk membangun plasma sedang memicu lebih dari 100 protes di berbagai daerah.
Dokumenter 30 menit dari BBC News Indonesia yang didasarkan pada investigasi kolaboratif kami mengajak kita ke pedalaman Sumatera untuk berjumpa dengan Suku Anak Dalam yang telah melepaskan tanah mereka dua dekade lalu dengan harapan mendapat bagian tersendiri dalam sebuah perkebunan sawit. Mereka telah menanti dengan sia-sia selama seperempat abad. Banyak warga Suku Anak Dalam kini hidup menderita, menghuni gubuk-gubuk kecil di tengah perkebunan serta mencari nafkah dengan mengumpulkan brondolan yang rontok saat sawit dipanen.
Para jurnalis BBC juga mengunjungi Teluk Bakung di Kalimantan Barat di mana masyarakat desa memenangkan gugatan terhadap sebuah perusahaan sawit yang telah melanggar perjanjian untuk menyediakan plasma. Masyarakat akhirnya memenangkan gugatan setelah sebelumnya beberapa warga dijebloskan ke penjara karena melakukan protes terhadap perusahaan.
Dokumenter ini juga menghadirkan wawancara dengan para politisi dan perwakilan perusahaan, meneroka penyebab yang mendasari sebuah masalah yang merundung ribuan keluarga Indonesia. Potongan rekaman dari protes-protes yang dipicu kemarahan terhadap skema plasma menghadirkan gambaran jelas bagaimana masalah ini sedang menyengsarakan kehidupan banyak orang.
Liputan terkait dari BBC World dan BBC Indonesia: